Gejala Skizofrenia di Otak - Ketidakseimbangan Kadar Serotonin dan Dopamin

Apa itu Skizofrenia? Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis dimana penderitanya mengalami halusinasi, delusi, kebingungan dalam berpikir, dan perubahan sikap. Umumnya penderita skizofrenia mengalami gejala psikosis, yaitu kesulitan membedakan antara kenyataan dan pikiran pada diri sendiri.

Hal inilah yang membuat skizofrenia disamakan dengan psikosis, meski sebenarnya keduanya berbeda. Psikosis hanyalah salah satu gejala dari beberapa jenis gangguan jiwa, termasuk skizofrenia.

Penyebab Skizofrenia

Meski penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab gangguan kesehatan ini, antara lain:

1. Faktor Genetik

Keturunan orang dengan skizofrenia memiliki risiko 10 persen lebih tinggi terkena kondisi tersebut. Risikonya meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orang tuanya menderita skizofrenia. Sementara, anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.

2. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan

Skizofrenia bisa disebabkan oleh beberapa kondisi yang mungkin terjadi selama kehamilan dan dampaknya akan terlihat saat anak lahir. Kondisi tersebut, seperti terpapar racun dan virus, ibu dengan diabetes, pendarahan saat hamil, dan kekurangan nutrisi.

Selain kehamilan, komplikasi yang terjadi saat melahirkan juga dapat menyebabkan anak mengalami skizofrenia. Misalnya, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat lahir.

3. Faktor Kimia di Otak

Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin di otak bisa menjadi salah satu penyebab dan meningkatkan risiko seseorang terkena skizofrenia. Keduanya merupakan bahan kimia yang berfungsi mengirimkan sinyal antar sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.

Selain itu, penderita skizofrenia juga memiliki perbedaan struktur dan fungsi otak dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami gangguan jiwa. Perbedaan tersebut antara lain:

  • Ventrikel otak berukuran lebih besar. Ventrikel adalah bagian otak yang berisi cairan.
  • Lobus temporal berukuran lebih kecil. Memori di otak manusia terkait dengan lobus temporal.
  • Sel-sel di otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.

Faktor Risiko Skizofrenia

Siapa pun bisa terkena skizofrenia tanpa memandang usia, tetapi umumnya remaja dan orang-orang berusia awal 20-an berisiko lebih tinggi terkena kondisi ini.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko skizofrenia:

  • Struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
  • Beberapa komplikasi kehamilan dan kelahiran, seperti malnutrisi, kekurangan oksigen atau paparan racun atau virus yang dapat mempengaruhi perkembangan otak.
  • Memiliki riwayat keluarga skizofrenia.
  • Lahir prematur.
  • Peningkatan aktivasi sistem kekebalan tubuh.
  • Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin.
  • Mengkonsumsi obat-obatan yang mengubah pikiran (psikoaktif atau psikotropika) selama masa remaja dan dewasa muda.
Gejala Skizofrenia di Otak


Gejala Skizofrenia

Skizofrenia dibagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif.

1. Gejala Negatif

Gejala skizofrenia negatif muncul ketika sifat dan kemampuan yang dimiliki oleh orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan motivasi hidup menghilang.

Umumnya gejala tersebut dibarengi dengan keengganan seseorang untuk bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat bersama orang lain. Ciri-ciri orang yang menderita gejala negatif skizofrenia, yaitu terlihat apatis dan buruk secara emosional, tidak peduli dengan penampilannya, dan menarik diri dari masyarakat.

2. Gejala Positif

Sedangkan gejala positif skizofrenia biasanya berupa waham, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.

Hal yang harus diwaspadai, gejala skizofrenia biasanya berkembang perlahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Penderitanya mungkin memiliki banyak gejala, atau hanya sedikit gejala.

Orang dengan skizofrenia mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan dengan teman dan rekan kerja. Mereka mungkin juga memiliki masalah dengan kecemasan, depresi, dan pikiran atau perilaku untuk bunuh diri.

Gejala awal skizofrenia dapat meliputi:

  • Perasaan mudah tersinggung atau tegang.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Kesulitan tidur.
  • Seiring perkembangan penyakit, orang tersebut mungkin memiliki masalah dengan pemikiran, emosi, dan perilaku, termasuk:
  • Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
  • Isolasi Mandiri.
  • Mengurangi emosi dalam nada suara atau ekspresi wajah.
  • Masalah dengan pemahaman dan pengambilan keputusan.
  • Masalah memperhatikan dan menindaklanjuti kegiatan.
  • Keyakinan yang dipegang teguh pada sesuatu yang tidak nyata (delusi).
  • Berbicara dengan cara yang tidak masuk akal.

Diagnosa Skizofrenia

Jika gejala skizofrenia terlihat, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap penderitanya. Selain itu, pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga juga akan selesai.

Sedangkan untuk pemeriksaan penunjang seperti tes darah, CT Scan, atau MRI dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari gejala skizofrenia, seperti tumor otak atau gangguan metabolisme yang memiliki gejala halusinasi seperti skizofrenia.

Pengobatan Skizofrenia

Skizofrenia dapat diobati dengan beberapa cara, seperti menggabungkan pengobatan dengan terapi psikologis. Obat yang diberikan adalah antipsikotik yang mempengaruhi zat neurotransmitter di otak. Obat ini mampu mengurangi kecemasan, mengurangi atau mencegah halusinasi, dan membantu menjaga kemampuan berpikir.

Dokter umumnya memberikan obat antipsikotik kepada penderita skizofrenia untuk mengurangi atau menghilangkan gejala. Pengobatan lainnya, yakni melalui sengatan listrik atau electroconvulsive therapy (ECT).

Metode ECT dilakukan dengan memberikan arus listrik eksternal ke otak pasien yang sebelumnya telah dibius atau ditidurkan, sehingga gangguan listrik di otak yang menyebabkan gejala halusinasi dapat dikurangi.

Pencegahan Skizofrenia

Saat ini, tidak ada tindakan pencegahan khusus untuk skizofrenia. Namun, pemeriksaan dini dapat membantu mengurangi keparahan gejala. Kerukunan keluarga juga merupakan hal yang penting untuk dijaga, serta melakukan aktivitas positif dan berolahraga secara teratur.

Kapan ke dokter?

Segera temui dokter, psikiater, atau psikolog jika Anda mengalami gejala di atas atau gejala lainnya, seperti:

  • Dengarkan suara-suara yang menyuruh Anda untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Merasa takut atau kewalahan.
  • Melihat hal-hal yang tidak ada atau nyata.
  • Merasa tidak bisa mengurus diri sendiri.

Back To Top