Selain itu, dalam debat, penggunaan kata-kata daerah atau bahasa asing, prokem dan bahasa gaul harus diminimalisir. Tujuannya agar tidak saling menyinggung dan menimbulkan perdebatan karena para pihak tidak saling memahami kata-kata yang digunakan.
Mengapa debat menggunakan ragam bahasa baku ? Debat menggunakan ragam bahasa baku untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, ketepatan dan kejelasan dalam mengungkapkan gagasan.
Ragam Lisan adalah ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat-alat bicara. Dalam ragam bahasa lisan, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa, kosa kata dan pengucapan dalam pengucapan untuk mengatur tinggi rendahnya suara atau stres yang dikeluarkan, ekspresi wajah/ekspresi wajah yang ditampilkan dan gerakan tangan untuk mengungkapkan ide.
Ragam Tulisan yaitu bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf. Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan tata cara penulisan/ejaan, pemilihan tata bahasa dan kosa kata untuk mendapatkan unsur-unsur gramatikal yang tepat, seperti bentuk kata, struktur kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan dan penggunaan yang benar. tanda baca dalam mengungkapkan gagasan.
Jenis bahasa yang digunakan saat kita berdebat adalah :
- Penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang akan digunakan secara berlebihan harus benar dan sesuai dengan kaidah yang dimiliki oleh bahasa baku, baik kaidah ejaan maupun tata bahasa (seperti pembentukan kata, frasa, dan klausa).
- Ide yang harus diungkapkan harus benar dan juga sesuai dengan berbagai bentuk fakta dan juga kokoh untuk diterima akal sehat, harus benar, dan juga akan memiliki satu macam makna, padat, dan akan lebih langsung ke sasaran, koheren, hingga sistematis.
- Kata yang akan digunakan akan melakukan kepemilikan makna yang menjadi benar seperti menggunakan kata denotatif.
Baca juga : salah satu cara dapat yang dilakukan untuk membuat lawan debat tidak berkutik saat adu argumen adalah